Novel Kemi karya ust Adian Husaini adalah sebuah novel yang tidak biasa. Setidaknya itu yang saya tangkap dari hasil membaca buku tersebut mulai dari seri 1, sampai sekarang yang seri 2. Ust Adian Husaini mengangkat sebuah tema yang tidak biasa dan tak pernah diangkat barang sekalipun menjadi sebuah tema utama di novel Indonesia. Makanya tidak heran, jika di cover depan buku ini tertulis 'Bukan Novel Biasa'.
Cerita terakhir pada Kemi 1 yaitu saat Kemi akhirnya bisa diselamatkan oleh Rahmat dari penculikan Roman (seorang 'preman kecil' dari arena penyebaran liberalisme). Cinta Rahmat dan Siti pun tidak berujung di pelaminan karena alasan demi kebaikan Islam, kemajuan pendidikan dan dakwah ke depan. Mereka memutuskan untuk membangun pesantren mereka masing-masing demi membendung pengaruh bahaya liberalisasi.
Pada Kemi 2 ini, cerita berlanjut dengan upaya menyelusuri dan membongkar lebih jauh aktor-aktor liberalisme kelas kakap yang dengan leluasanya mengatur berbagai aspek kehidupan di Indonesia. Pada Kemi 2 ini akan muncul aktor penting bernama Doktor Rajil, seorang pengamat politik terkenal, dan Habib Marzuki, pegiat Islam yang dicap garis keras.
Cerita pada Kemi 2 ini semakin pelik ketika Kemi yang masih belum pulih dari sakitnya akibat penganiayaan jaringan Roman, malah diculik dari rumah sakit. Penculikan Kemi yang merupakan santri cerdas dan alumnus pesantren menjadi sebuah spekulasi sendiri bagi orang-orang di dekat Kemi. Mereka menganalisis bahwa Kemi akan dijadikan icon liberalisasi di Indonesia yang sangat potensial. Karena itulah akhirnya kenapa Kemi di culik.
Penculikan Kemi ini membuat orang-orang menjadi tergerak untuk semakin gesit membongkar siapa dalang dan motiv atas upaya kejahatan tersebut. Muncullah beberapa figur baru seperti Habib Marzuki, dan juga Dokter Nasrul. Bersama dengan Wartawan Ahmad Petuah, wartawan Bejo, Rahmat dan Kyai Rois mencoba menyusun siasat untuk menyelamatkan Kemi. Di lain pihak, Siti yang tadinya seorang pegiat liberal, menjadi pahlawan setelah berhasil berdebat dengan seorang pegiat gender terkenal di tanah air.
Tidak seperti Kemi 1 dimana Rahmat sangat memiliki peran, di Kemi 2 ini Rahmat bisa saya anggap sebagai figuran. Yang banyak memiliki peran pada Kemi 2 adalah Habib Marzuki, Ahmad Petuah, Bejo dan Dokter Nasrul. Cerita juga terlihat semakin seru. Sepertinya masih akan ada Kemi 3 yang layak untuk kita tunggu.
Untuk membeli buku ini, silahkan kunjungi : Novel Kemi 2.
------
Resensi ini ditulis oleh Fifin [inspirasicoffee.com]
Cerita terakhir pada Kemi 1 yaitu saat Kemi akhirnya bisa diselamatkan oleh Rahmat dari penculikan Roman (seorang 'preman kecil' dari arena penyebaran liberalisme). Cinta Rahmat dan Siti pun tidak berujung di pelaminan karena alasan demi kebaikan Islam, kemajuan pendidikan dan dakwah ke depan. Mereka memutuskan untuk membangun pesantren mereka masing-masing demi membendung pengaruh bahaya liberalisasi.
Pada Kemi 2 ini, cerita berlanjut dengan upaya menyelusuri dan membongkar lebih jauh aktor-aktor liberalisme kelas kakap yang dengan leluasanya mengatur berbagai aspek kehidupan di Indonesia. Pada Kemi 2 ini akan muncul aktor penting bernama Doktor Rajil, seorang pengamat politik terkenal, dan Habib Marzuki, pegiat Islam yang dicap garis keras.
Cerita pada Kemi 2 ini semakin pelik ketika Kemi yang masih belum pulih dari sakitnya akibat penganiayaan jaringan Roman, malah diculik dari rumah sakit. Penculikan Kemi yang merupakan santri cerdas dan alumnus pesantren menjadi sebuah spekulasi sendiri bagi orang-orang di dekat Kemi. Mereka menganalisis bahwa Kemi akan dijadikan icon liberalisasi di Indonesia yang sangat potensial. Karena itulah akhirnya kenapa Kemi di culik.
Penculikan Kemi ini membuat orang-orang menjadi tergerak untuk semakin gesit membongkar siapa dalang dan motiv atas upaya kejahatan tersebut. Muncullah beberapa figur baru seperti Habib Marzuki, dan juga Dokter Nasrul. Bersama dengan Wartawan Ahmad Petuah, wartawan Bejo, Rahmat dan Kyai Rois mencoba menyusun siasat untuk menyelamatkan Kemi. Di lain pihak, Siti yang tadinya seorang pegiat liberal, menjadi pahlawan setelah berhasil berdebat dengan seorang pegiat gender terkenal di tanah air.
Tidak seperti Kemi 1 dimana Rahmat sangat memiliki peran, di Kemi 2 ini Rahmat bisa saya anggap sebagai figuran. Yang banyak memiliki peran pada Kemi 2 adalah Habib Marzuki, Ahmad Petuah, Bejo dan Dokter Nasrul. Cerita juga terlihat semakin seru. Sepertinya masih akan ada Kemi 3 yang layak untuk kita tunggu.
Untuk membeli buku ini, silahkan kunjungi : Novel Kemi 2.
------
Resensi ini ditulis oleh Fifin [inspirasicoffee.com]
0 comments:
Post a Comment