Jika kau merasa besar, periksa hatimu. Mungkin ia sedang bengkak.
Jika kau merasa suci, periksa jiwamu. Mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani.
Jika kau merasa tinggi, periksa batinmu. Mungkin ia sedang melayang kehilangan pijakan.
Jika kau merasa wangi, periksalah ikhlasmu. Mungkin itu asap dari amal shalihmu yang hangus dibakar riya'.
Itu adalah sepenggal bait-bait kekata yang tertulis di dalam buku Dalam Dekapan Ukhuwah karya Salim A Fillah. Buku ini menjadi seberkas lilin yang coba menghidupkan kembali cahaya kekuatan jamaah yang terserak. Cahaya kekuatan ukhuwah yang kian meredup. Di dalam buku ini kita sadar bahwa kualitas hubungan kita dengan orang lain, sungguh sangat jauh dengan apa yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah kepada para sahabat.
Di dalam buku ini, banyak sekali kisah-kisah di jaman Rasulullah yang penulis angkat untuk dijadikan teladan bagi kita. Kisah yang sangat inspiratif, dimana kecintaan terhadap diri sendiri dipendam demi kecintaaan kepada kekuatan Islam. Dalam dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit, lalu menebarkannya ke bumi.
Buku setebal 472 halaman ini kaya akan hikmah-hikmah yang meneladani. Tentang persaudaraan dalam bingkai iman. Tentang pengorbanan perasaan demi manisnya ukhuwah. Salim A Fillah sangat pandai menggabungkan kisah sahabat di jaman Rasulullah dengan dalil-dalil yang kemudian berakhir menjadi nasihat dahsyat. Nasihat yang membuat merinding. Nasihat yang menyejukkan.
Salim tak hanya mengambil kisah-kisah sahabat di jaman Rasulullah saja. Dia juga beberapa kali mengambil kisah penuh keteladanan dari bumi belahan lain semisal di negeri Tiongkok. Zaman 'tiga kerajaan' yang menawarkan karakter-karakter penuh dengan keteladanan. Orang China kini sangat menghayati watak para tokoh nyata yang berselubung dongeng ini, mereka jadikan rujukan untuk menghadapi masalah kekinian.
Salim A Fillah memang tak sekedar menerbitkan buku. Bobot ilmu di dalam buku ini juga sangat tinggi. Entah berapa buku yang sudah dilahap oleh Salim sebelum menulis buku ini. Entah berapa puluh referensi yang diambil Salim untuk menulis kisah demi kisah di dalam buku ini. Tak hanya mengambil referensi buku sejarah Islam, Salim juga mengambil referensi dari barat yang tentu tidak bertentangan dengan Islam. Salim juga beberapa kali mengambil pendapat John C. Maxwell dalam karyanya Winning with people.
Semua bab di dalam buku ini mengandung hikmah dan kisah yang sangat bagus, diuntai dengan kata-kata yang indah. Namun ada satu bab yang mengandung hikmah luar biasa yang akan saya coba ungkapkan gambaran kasarnya disini. Hikmah ini adalah dalam bab 'Percaya', ada di halaman 410.
Ketika itu ada dua orang kakak beradik yang mengadu kepada khalifah Umar bin Khattab karena ada seorang pemuda yang membunuh ayahnya. Mereka berdua meminta keadilan kepada sang khalifah. Mereka menuntut ditegakkan qishash terhadap pembunuh ayah mereka. Si pemuda itu mengakui dia telah membunuh, tetapi dia membunuh bukan tanpa alasan. Dia kemukakan alasannya di hadapan sang Khalifah Umar. Pemuda itu juga menuturkan bahwa ia siap untuk dihukum, tetapi dia minta ijin untuk menunaikan amanah yang masih ditanggungnya. Dia meminta waktu 3 hari untuk menyelesaikan amanah itu sebelum akhirnya siap dihukum.
Tetapi masalahnya, si pemuda ini tidak mengenal siapapun di kota itu. Dia tidak memiliki penjamin siapapun. Tiba-tiba salah satu sahabat yakni Salman Al Farisi bangkit dari duduknya dan mengatakan siap untuk menjamin pemuda yang tidak dikenalnya itu. Khalifah Umar kaget bukan main. Bagaimana mungkin Salman berani menjamin orang yang tidak dikenalnya itu. Hal ini membuat Umar gelisah tidak karuan. Jika pemuda itu tidak kembali dalam waktu 3 hari, maka Salman akan dijadikan pengganti untuk dihukum.
Batas waktu 3 hari untuk sang terhukum nyaris habis. Umar semakin gelisah tak karuan. Salman begitu tenang, meski jiwanya diujung tanduk. Tetapi sesaat menjelang habis batas waktu, tiba-tiba seseorang datang dengan tergopoh-gopoh. Yah, dia adalah pemuda yang terhukum tadi. Dia akhirnya datang memenuhi janjinya. Janji untuk dihukum qishash. Dia ternyata pemuda jujur.
Umar bertanya kepada si pemuda itu, kenapa dia akhirnya datang. Si pemuda menjawab : "Sungguh jangan sampai orang mengatakan tak ada lagi orang yang tepat janji". Umarpun bertanya kepada Salman. Salman menjawab : "Sungguh jangan sampai orang bicara bahwa tak ada lagi orang yang mau berbagi beban dengan saudaranya". Di sisi lain, akhirnya dua pemuda penggugat itu memutuskan untuk memaafkan sang tertuduh. Mereka mengatakan : "Agar jangan sampai ada yang mengatakan bahwa di kalangan muslimin, tak ada lagi kemaafan". Allahu Akbar. Demikian seklumit cerita penuh hikmah dari puluhan cerita lainnya yang tak kalah berbanjir inspirasi. Kesemuanya ditulis dengan gaya khas Salim A FIllah. Selamat membaca.
Demikian RESENSI BUKU DALAM DEKAPAN UKHUWAH yang dapat saya tulis mengenai buku ini. Untuk membeli buku ini silahkan kunjungi : Harga buku : Dalam Dekapan Ukhuwah. Atau langsung sms ke 081 556 467 598.
--------
Resensi ini ditulis oleh Fifin
[Blog : inspirasicoffee.com]
[Twitter : @fifinng]
2 comments:
Izin share, ya ... :)
Tafadhol.. semoga bermanfaat.
Post a Comment